tentang islam

Dimensi Agama Islam dalam Pengembangan Iptek


Seiring perubahan zaman, peradaban manusiapun semakin maju.. Teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedangkan teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri,1986). Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek (Agus, 1999).

Perkembangan iptek saat ini meliputi berbagai bidang diantaranya meliputi bidang komunikasi, kesehatan, transportasi dan bidang-bidang lainnya yang semakin kompleks. Bidang transportasi misalnya, jika sebelumnya seseorang harus menempuh waktu berbulan-bulan untuk menuju Mekkah, sekarang hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja dengan memanfaatkan pesawat terbang. Contoh lainnya adalah internet. Melalui internet, manusia dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya walaupun berada di belahan dunia lain. Selain itu, kita dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah dan cepat tanpa harus bersusah payah mencarinya di perpustakaan, cukup memasukkan kata kunci ke dalam search engine, dalam sekejap kita akan memperoleh banyak informasi. Berkat teknologi, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan sekejap.

Islam sebagai agama yang tawazun, tidak melarang manusia memanfatkan berbagai macam teknologi saat ini. Karunia Allah yang tak terhitung banyaknya justru harus dimanfaatkan sebagi wujud syukur kita kepadaNya. Bumi dan seluruh isinya masih menjadi misteri, masih banyak hal-hal yang belum kita ketahui. Oleh karena itu, sebagai khalifah manusia perlu mengungkap seluruh nikmat Allah yang masih tersembunyi dengan Ilmu pengetahuan sebagai wujud syukur manusia kepada-Nya. Ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan menjadi teknologi yang mampu mempermudah hidup manusia. Tidaklah heran bila Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Allah akan memberikan karunia yang melimpah bagi orang tersebut. Dalam surah Mujadilah: 11 Allah berfirman;

“….Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu di antara kamu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Tidak hanya itu, dalam surah Al-Alaq: 1, Allah berfirman: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995:81). Kedua ayat tersebut mengindikasikan sebuah paradigma bahwa Islam sejalan dengan ilmu pengetahuan. Agama dan ilmu pengetahuan merupakan suatu sistem yang saling melengkapi.

Paradigma Islam tentang ilmu pengetahuan berbeda dengan peradaban lainnya. Peradaban Yunani misalnya, ilmuwan yunani semata-mata adalah perenung alam semesta. Tak pernah terpikirkan memanfaatkan sains untuk menciptakan teknologi yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Peradaban selanjutya, yaitu peradaban Kristen pada akhir abad XIX di Barat. Kristen saat itu penuh dengan dogma atau doktrin yang mengharuskan penganutnya untuk meyakini bible. Ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa Nicolaus Copernicus mengalami hukuman berat akibat menetang dogma gereja yang menyatakan bahwa bumi pusat alam semesta padahal, kenyataannya mataharilah pusat alam semesta Kontradiksi antara agama dan ilmu pengetahuan tersebut pada akhirnya menimbulkan paradigma sekuler yang hingga saat ini masih banyak dianut oleh Barat bahkan sebagian Negara yang mayoritas penduduknya muslim. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-Tuhan. Bahkan saat ini muncul paradigma yang lebih ekstrim lagi yaitu paradigma sosialis, yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada dan tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.

Seiring berkembangnya teknologi komunikasi saat ini, maka berbagai pengaruh luar seperti cara pandang, budaya dan ideologipun dapat dengan mudah menyebar khususnya cara pandang sekuler. Hal tersebut terlihat dari mulai berubahnya cara pandang orang terhadap agama. Agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual tanpa implementasi. Kebanyakan orang menilai sesuatu yang baik berdasarkan materi yang dimilikinya. Dalam kasus penutupan situs porno misalnya, masih banyak pemilik warnet yang menentang penggunaan software antiporno karena khawatir penghasilannya berkurang. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa pemilik warnet menganggap materi adalah segala-galanya. Mereka tidak memikirkan efek situs porno bagi ‘penikmatnya’. Tidak hanya itu, mereka juga tidak merasa terbebani secara moral akan uang haram yang diperolehnya karena agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual.

Penggunaan teknologi tanpa dilandasi agama hanya akan membawa kemudharatan. Pengguna situs porno misalnya, tidak akan memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukannya. Mereka akan terpengaruh tontonan tersebut, dan berkeinginan untuk menirunya. Seperti yang sering kita temui dalam berita kriminal, banyak kasus perkosaan yang diawali oleh film porno. Bila hal ini terus berlanjut, berapa banyak generasi Indonesia yang rusak akibat situs porno dan perkosaan?

Pemerintah sebagai ulil amri yang memiliki kuasa atas pemerintahan harus bertindak tegas terhadap situs porno tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat peraturan, mengesahkan dan menerapkannya. Tidak hanya itu, pengunaan software antiporno juga dapat diterapkan walaupun dalam kenyataannya masih kurang efektif. Meskipun kurang efektif, ini merupakan langkah awal dan wujud kepedulian pemerintah akan moralitas generasi Indonesia di masa depan. Dengan tidak lanjut pemerintah tersebut, diharapkan teknologi dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan generasi Indonesia mampu bersaing dengan negara lain dalam hal iptek melalui penggunaan teknologi yang tepat guna. Namun, langkah pemerintah tersebut masih terbentur masalah dana dan sumber daya manusia untuk menciptakan software anti porno. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan pendapatan negara dan meningkatkan kualitas pendidikan.

6 thoughts on “Dimensi Agama Islam dalam Pengembangan Iptek

  1. terimakasih atas artikelnya…tapi bisa ga dilengkapi dengan dalil-dalil yang lebih banyak lagi, terutama Al-Quran dan Hadist…terimakasih

    Like

  2. mbak, mbak kan dari farmasi

    q mo tanya,,da gak obat yang dijual di pasaran yang bisa untuk menyuburkan sistem reproduksi hewan?

    makasih

    Like

Leave a comment